Penjelasan Tentang Belajar



Hakekat Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:
  1. - Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)
  2. - Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
  3. - Perubahan yang fungsional.
  4. - Perubahan yang bersifat positif.
  5. - Perubahan yang bersifat aktif.
  6. - Perubahan yang bersifat pemanen.
  7. - Perubahan yang bertujuan dan terarah.
  8. - Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar 

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dal diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.Dibawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar:

Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri):
  1. - Kesehatan
  2. - Intelegensi (kecerdasan)
  3. - Bakat
  4. - Minat
  5. - Motivasi
  6. - Cara Belajar
  7. - Kemampuan Kognitif (Konsep Diri)
Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)
  1. - Keluarga
  2. - Sekolah
  3. - Masyarakat
  4. - Lingkungan Sekitar

Tujuan Belajar

Diantara beberapa tujuan belajar adalah sebagai berikut:

- Untuk mendapatkan pengetahuan

Tujuan  ialah  yang  memiliki  kecenderungan  lebih  besar perkembanganya  di  dalam  kegiatan belajar.  Dalam  hal  ini  peran  guru sebagai pengajar lebih menonjol.

- Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman  konsep  atau  merumuskan  konsep,  juga  memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

- Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru  harus  lebih  bijak  dan hati-hati dalam  pendekatanya. Untuk  ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.

Ingatan dan Lupa

Defenisi ingatan:

Yang dimaksud dengan ingatan ialah daya jiwa.Ingatan ialah suatau daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksikan kembali pengertian-pengertian atau tanggapan tanggapan kita.

- Ingatan di pengaruhi oleh sifat perseorangan, keaadaan eksternal di luar jiwa (alam sekitar, keadaan jasmani, dan sebagainya ), dan keadaan jiwa kita (kemauan, perasaan dan sebagainya) 

- Ingatan terbagi atas 2 golongan yaitu daya ingat mekanis, artinya daya ingat itu hanya untuk kesan-kesan pengindraan, daya ingat logis, artinya daya ingat itu hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertiaan.

Gangguan-gangguan ingatan:
a) Lupa: peristiwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan kita.
b) Amnesi: peristwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan karena ingatan kita tidak sehat.
c) Dejavu: ialah sutatu peristiwa seakan-akan sudah pernah. Sesuatu yang sebenarnya belum (pengenalan tipuan)
d) Jamaisvu: ialah peristiwa seakan akan belum pernah kenal kepada sesuatu yang sebenarnya sudah (lupa tipuan)
e) Depersonalis: ialah suatu peristiwa, seorang seorang tidak mengenal dirinya sendiri .contoh : seseorang berbuat sesuatu, waktu ia ditegur ia tidak mengakui bahwa itu perbuatannya dan dikatakan bahwa itu perbuatan orang lain. Kalau yang dikatakan ini orang besar maka peristiwa ini disebut grootheidswan

E. Motivasi Belajar
A. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 1986: 75).
Demikian dalam belajar, prestasi siswa akan lebih baik bila siswa memiliki dorongan motivasi orang tua untuk berhasil lebih besar dalam diri siswa itu. Sebab ada kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan tinggi mungkin akan gagal berprestasi karena kurang adanya motivasi dari orang tua.
B. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar sangat penting artinya untuk mencapai tujuan proses belajar mengajar yang diharapkan, sehingga motivasi siswa dalam belajar perlu dibangun.
Menurut Nasution (1982:77) motivasi memiliki tiga fungsi yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak motor yang melepas energi.
2. Menentukan arah perbuatan , yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3. Menyeleksi perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Seseorang melakukan sesuatu usaha karena adanya motivasi. Motivasi yang lebih baik dalam beajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain bahwa dengan usaha yang tekun yang didasari adanya motivasi, akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

C. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Secara umum motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (Prayitno, 1989: 10).
a. Motivasi Instrinsik
Menurut Priyitno (1989: 11) motivasi  intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku individu itu terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan.Tetapi individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku dari dalam dirinya sendiri yang tidak bisa dilihat dari luar.
Thornburgh dalam Priyitno (1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri sendiri. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam individu, dimana dorongan tersebut menggerakkan individu atau subyek untuk memenuhi kebutuhan,tanpa perlu dorongan dari luar.
b. Motivasi ekstrinsik
Sardiman (1990: 90) memberikan definisi motivasi ekstrisik sebagai motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.Motivasi ekstrinsik dapat dikatakan lebih banyak dikarenakan pengaruh dari luar yang relatif berubah-ubah.
Motivasi ekstrinsik dapat juga di katakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di mulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Sardiman, 1990: 90).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang bermotivasi ekstrinsik melakukan sesuatu kegiatan bukan karena ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan pujian, hadiah dan sebagainya.
D. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar
Terdapat beberapa cara untuk membangkitkan motivasi belajar pada diri individu siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya. Menurut  Nasution (1982:81) cara membangkitkan motivasi belajar antara lain:
a. Memberi Angka
Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka yang baik, sehingga biasanya yang dikejar itu adalah angka atau nilai. Oleh karena itu langkah yang dapat ditempuh guru adalah bagaimana cara memberi angka-angka dapat dikaitkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan.
b. Meberi Hadiah
Hadiah dapat membangkitkan motivasi belajar seseorang jika ia memiliki harapan untuk memperolehnya, misalnya: seorang siswa tersebut mendapat beasiswa, maka kemungkinan siswa tersebut akan giat melakukan kegiatan belajar, dengan kata lain ia memiliki motivasi belajar agar dapat mempertahankan prestasi.
c. Hasrat Untuk Belajar
Hasil belajar akan lebih baik apabila pada siswa tersebut ada hasrat atau tekad untuk mempelajari sesuatu.
d. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil belajar yang selama ini dikerjakan, maka akan bisa menunjukan motivasi siswa untuk belajar lebih giat, kerana hasil belajar merupakan feedback (umpan balik) bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dalam belajar.
e. Memberikan Pujian
Pujian sebagai akibat dari pekerjaan yang diselesaikan denga baik, merupakan motivasi yang baik pula.
f. Menumbuhkan Minat Belajar
Siswa akan merasa senang dan aman dalam belajar apabila disertai dengan minat  belajar apabila disertai dengan minat belajar. Dan hai ini tak lepas dari minat siswa itu dalam bidang studi yang ditempuhnya.
g. Suasana yang Menyenangkan
Siswa akan merasa aman dan senag dalam belajar apabila disertai denga suasana yang menyenangkan baik proses belajar maupun situasi yang dapat menumbuhkan motivasi belajar.

F. Teori Belajar dan Aplikasinya
TEORI BELAJAR
Teori belajar merupakan teori yang dikemukakan oleh para peneliti dalam upaya mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. Dengan demikian akan membantu manusia dalam memahami karakteristik serta pendekatan-pendekatan dalam proses belajar. Secara garis besar terdapat tiga teori belajar, yaitu: Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Namun belum ada aturan yang pasti tentang teori mana yang paling baik dan paling benar akan tetapi yang lebih penting adalah teori mana yang lebih cocok diterapkan pada kondisi lingkungan tertentu. Sehingga kesimpulannya dari ketiga teori tersebut adalah sama-sama bisa diterapkan pada kondisi lingkungan tertentu yang paling sesuai dengan karakteristik belajarnya.
1. BEHAVIOURISME
Behaviorisme terdiri dari kata Behave yang berarti berperilaku dan Isme yang berarti aliran.Dilihat dari arti susunan katanya, teori belajar Behaviorisme menitikberatkan pada perubahan tingkah laku.Karakteristik esensial dari teori belajar ini adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di suatu lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun faktor internal lain yang terjadi pada diri seseorang tersebut.
Teori Behaviorisme cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
2. KOGNITIVISME
Menjelang berakhirnya tahun 1950-an banyak kritik yang muncul terhadap behaviorisme. Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung pada perluasannya. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.
3. KONSTRUKTIVISME
Dalam perkembangannya, arus kognitivisme bergeser ke arah konstruktivise.Konstruktivisem memandang bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri.Siswa dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Guru yang dipandang sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, hendaknya mengetahui tingkat kesiapan anak dalam menerima pelajaran, termasuk memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Aplikasi Teori Belajar
1. BEHAVIORISME
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Hasil belajar adalah hal yang sangat menentukan apakah seseorang dikatakan berhasil atau malah sebaliknya yaitu gagal. Hal ini tanpa melihat proses untuk memperoleh hasil belajar itu sendiri.
Oleh karena teori behavioristik memahami bahwa seseorang dikatakan belajar apabila mengalami perubahan tingkah laku, maka evaluasi dapat dilakukan dengan cara melihat perubahan tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa. Apabila perubahan tingkah lakunya besar (menunjukkan hasil belajar yang baik) maka dikatakan bahwa siswa tersebut berhasil, akan tetapi apabila perubahan tingkah laku yang ditunjukkan siswa sedikit (hasil belajar tidak sesuai dengan target) maka dikatakan suatu kesalahan. Dengan demikian apabila hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan maka guru akan mengadakan evaluasi terhadap masukan (stimulus) agar respon yang diberikan siswa lebih baik (tanpa mempertimbangkan proses belajar).
2. KOGNITIVISME
Dalam teori kognitivisme, belajar merupakan keterlibatan penguasaan atau penataan kembali struktur kognitif dimana seseorang memproses dan menyimpan informasi. Belajar juga merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek kejiwaan lainnya dimana pengetahuan yang diterima disesuaikan dengan struktur kogniitf yang sudah dimiliki seseorang berdasarkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar.
Dengan memahami konsep belajar demikian, maka evaluasi yang dilakukan pun berbeda dengan behaviorisme. Dalam behavioristme evaluasi dilakukan setelah pembelajaran selesai dan bersifat individu, namun dalam kognitivisme ini evaluasi dilakukan tidak harus menunggu materi pembelajaran selesai dengan kata lain ditengah-tengah kegiatan pembelajaran guru sudah bisa melakukan proses evaluasi. Jawaban yang dibutuhkan pun tidak terbatas pada satu jawaban pasti akan tetapi siswa dapat lebih kreatif menjabarkan pengetahuan yang dimilikinya selama ini.
3. KONSTRUKTIVISME
Evaluasi pada teori konstruktivisme ini digunakan untuk menggali munculnya berfikir divergent, pemecahan ganda, dan bukan hanya satu jawaban yang benar. Selain itu evaluasi disini juga merupakan bagian utuh dari pembelajaran dengan cara memberikan tugas-tugas yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari yang menekankan pada keterampilan proses.
Evaluasi yang dilakukan hamper sama dengan teori kognitivisme. Ditengah-tengah proses pembelajaran guru bisa mengajukan pertanyaan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Berbagai macam metode dapat diterapkan oleh guru, antara lain: Tanya jawab, penyelidikan/menemukan, dan komunitas belajar. 

*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

1 Comments: